Kesenianwayang 8. Sistem macapat (pola susunan masyarakat) 9. Membuat kerajinan 10. Seni gamelan Kehidupan masa bercocok tanam dan hidup menetap - Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat. Masyarakat pra aksara pada saat itu telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Budayadan Hasil Alat yang dihasilkan Semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Mereka mulai memperhalus peralatan mereka. AlatAlat atau Perkakas yang Digunakan pada Masa Berburu, Meramu dan Bercocok Tanam di Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara atau Zaman Manusia Purba, Berikut ini akan kita bahas tentang peradaban awal di kepulauan indonesia, menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia, corak kehidupan manusia praaksara, corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara, corak kehidupan zaman pra aksara Bacajuga: Bagaimana Kesenian Yang Berkembang Pada Masa Bercocok Tanam Kelebihan dan kekurangan Perbanyakan Tanaman secara Generatif. Organ terpenting dalam perkembangbiakan generatif adalah bunga. Kemudian akan terjadi proses penyerbukaan dan menghasilkan buah dengan di dalamnya biji. Kelebihan perbanyakan tanaman secara generatif ini antara lain. 2e1KS. - Masa bercocok tanam adalah masa di mana manusia purba sudah lebih mengenal dan mengetahui teknologi-teknologi yang berkaitan dengan pertanian. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir manusia purba sudah semakin terasah seiring berjalannya waktu. Masa bercocok tanam sendiri dimulai sekitar tahun yang bercocok tanam sering disebut sebagai masa revolusi kebudayaan karena telah terjadi perubahan besar pada berbagai corak kehidupan masyarakat praaksara. Lantas, bagaimana kehidupan manusia purba pada masa bercocok tanam? Baca juga Cara Bercocok Tanam yang Pertama Dikenal Manusia Purba Kehidupan pada masa bercocok tanam Mengenal food producing Pada masa bercocok tanam, manusia purba sudah mengenal cara mengolah makanan sendiri atau yang biasa disebut food producing. Masyarakat pada era ini telah membuka hutan kembali dan menanam sayur serta buah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, mereka juga sudah memahami cara beternak. Adapun hewan yang diternakkan adalah kerbau, kuda, sapi, babi, dan unggas. Di samping itu, masyarakatnya diperkirakan sudah mengenal sistem pertukaran barang alias barter. Baca juga Apa itu Food Producing dan Food Gathering? Mulai memiliki tempat tinggal yang tetap Ketika sudah tidak lagi mengumpulkan makanan dan beralih ke kehidupan bercocok tanam, pola hunian manusia purba juga mengalami perubahan. Sebelumnya, manusia purba dikenal selalu berpindah-pindah tempat tinggal atau nomaden, tetapi pada masa bercocok tanam mereka sudah menetap di suatu wilayah. Umumnya, mereka memilih tempat tinggal yang dekat dengan sumber air dan alam untuk memudahkan mereka mencari makanan. Karena sudah mulai menetap, masyarakat di era bercocok tanam hidup secara berkelompok dan kemudian membentuk sebuah perkampungan kecil. Biasanya, dalam satu kampung terdiri atas beberapa keluarga dan menerapkan pola hidup gotong royong. Selain itu, mereka juga melakukan pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki. Misalnya para laki-laki bertugas untuk membangun rumah, sedangkan kaum perempuan akan merawat dan menjaga rumah tersebut. Mereka juga menunjuk ketua suku dan mempunyai aturan hidup sederhana yang harus dijalani oleh setiap anggota masyarakat yang tinggal di sana. Baca juga Prinsip Primus Interpares pada Masa Bercocok Tanam Menggunakan alat-alat dari batu dan mengenal pakaian Masa bercocok tanam disebut juga sebagai masa revolusi kebudayaan. Hal ini karena manusia purba pada masa bercocok tanam sudah mulai menggunakan alat-alat dari batu, seperti beliung, kapak batu, mata panah, dan mata tombak. Selain itu, manusia purba pada masa ini juga disebut-sebut sudah mengenal adanya pakaian, yang masih terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang. Menurut penyelidikan arkeologi, manusia prasejarah pada masa bercocok tanam juga sudah mengenal tradisi membuat benda-benda gerabah. Referensi Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia I Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. massa berccok tanam meliputi zaman mesolitikum dan zaman neolitikum zaman mesolitikum sudah mengenal api, sudah kenal orang teknik membuat alat diasah bagian yang dibutuhkan, dan pikirannya sudah majuzaman neolitikumteknik membuat alatnya diasah keseluruhan, revolusi kebudayaan dari berburu ke bercocok tanam, hidup mulai menetap sedenterinsyaallah ini jawabannya Pada masa itu manusia purba sudah bisa membuat makanan sendiri denan bercocok tanam/Food producing. alat yang digunakan sudah dihaluskan,sudah berbentuk dan sempurna=>kebudayaan Gerabah,kapak lonjong,kapak persegi,pakaian dan perhiasan Kesenian Indonesia Zaman Zaman batu baru Karya Rizki Siddiq Nugraha Zaman neolitikum ataupun zaman bencana akil balig dimulai sekeliling periode 1500 Sebelum Kristen SM. Kaidah sukma manusia kala itu sudah lalu mengalami perubahan pesat, dari prinsipfood gatheringmenjadifood producting, ialah dengan prinsip berpadan tanam dan memelihara piaraan. Pada hari itu, bani adam sudah berangkat berkampung di rumah panggung untuk menghindari dabat virulen. Manusia sreg masa neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menggudangkan persediaan gabah dan gabah. Tradisi menggudangkan padi di randu ini masih dilakukan di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy semacam itu menghargai padi yang dianggap anugerah Nyai Sri Pohaci. Mereka lain wajib membeli beras dari pihak asing karena menjualbelikan gabah dilarang secara hukum adat. Mereka telah mempraktikkan swasembada alas sejak zaman leluhur. Pada zaman neolitikum, manusia purba Indonesia telah mengenal dua tipe peralatan, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi tersebar di Indonesia bagian barat, diperkirakan budaya ini disebarkan terbit Yunan, Cina Selatan yang bermigrasi ke Laja dan selanjutnya ke Indonesia. Pisau caluk bulat panjang tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan terbit Jepang, kemudian memencar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Lor, Maluku, Irian, dan kepulauan Malanesia. Contoh berbunga kapak persegi yaitu yang ditemukan di Bengkulu, terbuat berusul batu kalsedon, berukuran 11,7 x 3,9 cm, digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan pisau penebang lonjong ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat mulai sejak rayuan agats, berukuran 5,5 x 2,5 cm, digunakan dalam formalitas-ritual terhadap semangat leluhur. Selain itu, ditemukan juga sebuah kendi yang dibuat dari petak liat, berformat 29,5 x 19,5 cm, berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur. Zaman neolitikum berarti dalam album perkembangan peradaban dan publik karena pada hari ini sejumlah penemuan mentah nyata penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai ragam macam merecup-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Jenggala belukar mulai dikembangkan bikin takhlik ladang-ladang. Sreg semangat berladang ini, anak adam sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya. Masyarakat pada masa bersua dengan tanam ini nasib menetap kerumahtanggaan suatu perkampungan yang dibangun secara tidak beraturan. Puas awalnya apartemen mereka masih kecil-kecil berbentuk kebulat-bulatan dengan atap nan dibuat dari daun-daunan. Flat ini diduga yakni corak rumah paling berida di Indonesia yang setakat sekarang masih dapat ditemukan di Timor, Kalimantan Barat, Nikobar, dan Andaman. Kemudian bau kencur dibangun bentuk-bentuk yang bertambah besar dengan menggunakan kusen. Apartemen ini berbentuk persegi tangga dan dapat menampung bilang anak bini inti. Rumah-kondominium tersebut mungkin dibangun berdempetan dengan tegal-ladang mereka atau agak jauh semenjak ladang. Kondominium nan dibangun bertiang itu privat tulang beragangan memencilkan bahaya bermula banjir dan satwa brutal. Masyarakat bercocok tanam ini memiliki ciri yang spesifik. Salah satunya ialah sikap terhadap bendera spirit sudah mati. Pendamping bahwa roh seseorang enggak ki amblas puas saat orang meninggal suntuk mempengaruhi kehidupan mereka. Seremoni yang minimal menyolok yakni ritual lega perian penguburan terutama cak bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh mahajana. Biasanya yang meninggal dibekali beraneka macam barang keperluan sehari-waktu, sebagaimana perhiasan, belanga, dan lain-lain agar perjalanan yang mati ke alam usia terjalin keselamatannya. Tubuh seseorang yang telah mati dan mempunyai pengaruh kuat umumnya diabadikan dengan mendirikan bangunan godaan osean. Jadi, konstruksi itu menjadi sedang penghormatan, arena singgah, dan lambang ranah. Bangunan-konstruksi yang dibuat dengan memperalat batu-bencana besar itu pada balasannya melahirkan kebudayaan yang dinamakan megalitikum alai-belai segara. Hasil kebudayaan zaman godaan mulai dewasa menunjukkan bahwa manusia purba telah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan organ-alat. Ada sentuhan tangan basyar, sasaran masih tetap dari batu, namun mutakadim lebih renik, diasah, suka-suka jamahan rasa seni. Kepentingan alat yang dibuat jelas penggunaannya. Hasil budaya zaman neolitikum, antara lain 1. Kapak persegi Pisau penebang persegi terbuat semenjak alai-belai persegi. Kapak ini dipergunakan untuk melakukan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, pisau penebang persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. 2. Kapak lonjong Kapak ini disebut kapak bulat telur karena penampangnya berbentuk bulat telur. Ukurannya suka-suka nan raksasa ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan menyelang kayu atau pohon. Tipe kapak bujur telur ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara. 3. Indra penglihatan panah Mata kilat terbuat pecah batu yang diasah secara kecil-kecil. Gunanya untuk berburu. Kreasi mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. 4. Gerabah Gerabah dibuat berpunca tanah pekat. Fungsinya untuk berbagai keperluan. 5. Perhiasan Masyarakat neolitikum mutakadim mengenal perhiasan. Di antaranya berupa gelang, rantai, dan pemberat-pemberat. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 6. Radas pemukul indra peraba gawang Perkakas pemukul kulit kayu digunakan kerjakan memukul selerang gawang yang akan digunakan ibarat bahan pakaian. Adanya alat ini membuktikan bahwa zaman neolitikum sosok purba sudah mengenal pakaian. 1. Pada masa bercocok tanam manusia telah memiliki kemampuan membuat seni patung. Bagaimana seni patung yang dikembangkan manusia pada masa tersebut ? Please Bantuannya segera dikumpulin​ JawabanPada masa bercocok tanam, seni patung yang berkembang pada masa ini biasanya terbuat dari logam. Corak patung yang berkembang pada saat itu bercorak monumental yakni corak yang dibuat secara frontal dengan motif simbolik sederhana. Seni patung tersebut didominasi dengan gaya polinesia yang berciri sederhana, mendekati bentuk aslinya, bergaya kaku, dan bersudut sudut. Masa Bercocok Tanam – Hay sahabat semua.! Pada perjumpaan kali ini kembali akan sampaikan rangkuman materi tentang Masa Bercocok Tanam Apa Itu massa Bercocok Tanam? Masa bercocok tanam pada zaman praaksara ini terbentuk setelah melewati kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, beralih ke kehidupan bertani. Mereka menganggap kehidupan nomaden kurang menguntungkan karena harus membuka ladang berulang kali. Selain itu, pertanian menjamin pasokan pangan yang cukup sepanjang tahun tanpa harus membuka kembali ladang. Selain pertanian, juga dikembangkan untuk peternakan. Orang-orang yang hidup selama periode pertanian ini diyakini selama Neolitik, era sebelum melek berkebun. Secara geografis, musim ini sangat bergantung pada cuaca dan cuaca alam. Karena itu diperlukan untuk pertanian. Hasil panennya juga akan sangat dipengaruhi oleh sifat tekstur tanah yang digunakan. Orang terkadang perlu beradaptasi dan belajar banyak dari pengalaman yang sudah mereka alami sebelumnya. Nah untuk melengkapi apa yang menjadi tema pembahasan kita kali ini, maka sebainya kalian simak semua ulasan selengkapnya berikut ini. Pengertian Masa Bercocok TanamCorak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok TanamJenis Manusia Pendukung Pada Masa Bercocok Tanam Homo MojokertensisMeganthropus PaleojavanicusHomo SoloensisCiri Ciri Kehidupan Pada Masa Bercocok TanamSistem Kepercayaan Pada Masa Bercocok Tanam1. Bidang kepercayaan2. Bidang Social3. Bidang ekonomi 4. Bidang Budaya 5. Bidang teknologiAlat alat Peninggalan Masa Bercocok TanamBeliung persegiKapak lonjongMata panahGerabahPerhiasan Masa Bercocok Tanam Masa bercocok tanam adalah? suatu masa yang dimana pada saat itu manusia mulai dapat berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan hutan belukar sebagai ladang tempat perkebunan. Terjadinya Masa bercocok tanam dimana pada saat itu mereka mulai meninggalkan hidup berburu dan mulai mengumpulkan makanan yang bisa ditinggalkan dan kehidupan merekapun sudah mulai menetap pada suatu tempat. Dalam masa perkasa itu jenis manusia yang hidup dimasa bercocok tanam tersebut ialah ialah jenis manusia purba yang dikenal dengan homo sapiens, baik itu dari golongan mongoloid maupun golongan austromelanesoid. Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam Selain bercocok tanam manusia purba pun beternak hampir semua jenis hewan ternak mereka ternak seperti kerbau, sapi, kambing, ayam, kuda dan anjing. Masa bercocok tanam dan beternak tersebut dapat diperkirakan terjadi pada zaman Mesolitikum. padahal jenis manusia purba tersebut yang hidup pada masa itu adalah homo sapiens yang asalnya dari rumpun melayu. Pada masa bercocok tanam itu posisi hutan yang belukar dapat dimanfaatkan sehinga dijadikannya sebuah ladang dengan menanam tanaman seperti sayur mayur, ubi, padi, sukun, nangka, ketela, pisang dan kedelai. Dengan berjalannya waktu sampai tanah sekitar pun tidak dapat ditanami lagi sampai – sampai manusia purba tersebut mengharuskan berpindah mencari tanah yang jauh lebih subur. Sistem berlandang dan berternak secara berpindah ini dapat disebut juga bergumah. Kegiatan – kegitan seperti hal ini masih sering dijumpai di Indonesia seperti wilayah pedalaman kalimantan dan papua. Jenis Manusia Pendukung Pada Masa Bercocok Tanam Manusia Pendukung Pada Masa Bercocok Tanam Pada manusia purba yang berjenis Pithecanthropus Erectus dapat dikategorikan yaitu antara manusia dan kera. Selain didasarkan pada besarnya otak, juga didasarkan oleh ciri fisik yang lain. Tulang keningnya yang sangat lebih menonjol ke muka dan juga di atas bagian hidung menempel menjadi satu. Di atas tulang kening tulang dahinya itu terlihat licin ke arah belakang sehinga bisa dikatakan dahinya tidak ada. Penemuan manusia purba yang berjenis Pithecanthropus Erectus mendorong penemuan-penemuan yang lain. Homo Mojokertensis pertama kali fosil yang berjenis seperti mojokertensis ini ditemukan pertama kali olehVon Koenigswald ditahun1936 yang berbentuk tengkorak kanak-kanak dekat Mojokerto. Dari gigi-giginya tersebut dapat diperkirakan masih kanak-kanak dikarnakan gigi tersebut yang telah di teliti belum melewati umur lima tahun. Makhluk ini dinamakan Homo Mojokertensis. Memiliki tubuh yang tegap dan kekerMemiliki badan yang tingi dari 165 cm sampai 180 cmMemiliki tulang raham besar dan gigi graham yang kokohMemiliki bagian kening yang menonjol ke arah mukaTidak mempunyai dagu, sama seperti meganthropus fungsi otak tidak sempurna seperti halnya terlihat pada jenis homo, yakni sekitar 1. 300 cc volume otakMemiliki atas tulang tengkorak yang sangat tebal dan melonjongMemiliki alat pengunyah dan memakan segalanyaOtot tengkuk yang dominan kecil Meganthropus Paleojavanicus Kemudian pada tahun 1941, disuatu daerah yang diketahui dengan sebuatan Sangiran ,lembah Sungai Bengawan Solo Von Koenigswald menemukan bagian tulang rahang bawah yang lebih besar dan kokoh daripada rahang Pithecanthropus Erectus. Kemudian Von Koenigswald menyampaikan bahwa makhluk yang baru ditemukan tersebut lebih tua daripada Pithecanthropus Erectus mana pun. Mengingatnya bentuk badannya yang sangat besar , makhluk itu diberi nama Meganthropus Paleojavanicus. Mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm hinga180 cmMempunyai postur tubuh yang tegap dan kekerMempunyai volume otak 900 ccTonjolan pada bagian pada kening lebih tebal dan melintang sempai bawah pelipisnyaTidak mempunyai dagu dan hidung yang lebarMempunyai gigi, dan rahang yang kuat dan besarMakananannya jenis tumbuhan dan buah – buahan Homo Soloensis Kemudian jenis specis ini adanya dekat daerah Ngandong yang tepatnya kawasan lembah Bengawan Solo, Kabupaten Blora, yang mana telah ditemukan berapa macam fosil tengkorak oleh Von Koenigswald. Seperti yang sudah diketahui bahwa makhluk tersebut lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan sebagai manusia. Maka oleh karna itu, fosil-fosil tersebut dinamakan Homo Soloensis manusia dari Solo. Mempunyai tinggi badan 165cm sampai180 Badan yang tegap, tapi tidak setegap daya Volume otak berkisar 750cm sampai 1350 Tonjolan kening yang tebal dan melintang sampai bawah Hidung lebar dan tidak memiliki rahang kuat dan geraham yang berupa tumbuhan dan daging dagingan. Ciri Ciri Kehidupan Pada Masa Bercocok Tanam Berikut adalah ciri-ciri kehidupan pada masa bercocok tanam selain bertani mereka juga beternak, simak ulasan selengkapnya di bawah ini. Teknologi tersebut sudah menghasilkan kini alat kebutuhan telah masa ini lah manusia purba pun sudah hidup menetap di sebuah wilayah secara bantu yang dapat digunakan manusia purba pada masa bercocok tanam adalah kapak lonjong, kapak persegi dan mata mengenal aturan sistem barter yaitu seperti perdagangan yang dilakukan dengan saling tukar-menukar antara barang-dengan barang purba yang hidupnya dekat sekali dengan perairan dapat mengunakan transportasi menggunakan perahu bercadik. Sistem Kepercayaan Pada Masa Bercocok Tanam Pada masa ini manusia purba pun telah dapat mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan inilah, manusia purba tersebut pada saat itu dibagi menjadi dua kepercayaan yaitu kepercayaan animisme dan kepercayaan dinamisme. 1. Bidang kepercayaan Ciri – Ciri dalam masa bercocok tanam food producing antara lain sebagai berikut. a. kepercayaan para masyarakat pada masa itu dapat diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi dan upacara penguburan mayat yang dibekali dengan benda benda yang mereka miliki adanya kepala suku yang mempunyai kekuasaan serta tanggung jawab penuh terhadap kelompok- kelompok wujud dari kepercayaan tersebut terlihat dari hasilnya bangunan bangunan megah. 2. Bidang Social a. jumlah anggota kelompoknya semakin lama semakin banyak sehingga dibuat berkelompok dalam satu kapung manusia telah mendapatkan dan menguasai alam Hidup yang menetap merupakan awalnya perkembangan kehidupan manusia 3. Bidang ekonomi ciri kehidupan ekonomia. system perdagangan pada masa itu semakin berkembang seiringnya waktu dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat. Bangunan yang memperlancar ekonomi diperlukn tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut dengan kata pasar .mereka pun sudah mengenal system tukar – menukar .hubungan antara masyarakat semakin erat dan baik dilingkungan daerah tersebut maupun diluar daerah. 4. Bidang Budaya yang ditinggalkan oleh kebudayaan oleh manusia purba pada masa bercocok tanam semakin mengalami peningkatan dan bentuknyapun sangat beragam,baik yang terbuat dari tanah liat,batu,maupun kebudayaan pada masa bercocok tanam,antara lain beliung persegi,kapak lonjong,dan Hasil Budaya yang mereka buat mengalami perkembangan yang sangat tajam, diiringi dengan meningkatnya perkembangan otak manusianya, yang mana mereka sudah mampu membuat beraneka ragam kebudayaan yang lebih baik dari sebelumnya. 5. Bidang teknologi Pada masa bercocok tanam mempunyai waktu luang yang panjang,yaitu masa penantian dari musim tanam sampai panen sehingga mengerakan manusia mengembangkan akalnya menciptakan teknologi – teknologi agar bisa memajukan teknik yang dikenal sebagai berikut. roda tatap batu. Alat alat Peninggalan Masa Bercocok Tanam Beliung persegi Beliung persegi Peralatan batu yang begitu sangat menonjol dari masa bercocok tanam. Bentuknya sangat mirip seperti cangkul, namun tidak sebesar cangkul zaman sekarang. Fungsinya dapat digunakan untuk mengolah kayu, sepertihalnya untuk membuat rumah dan perahu. Beliung persegi tersebut dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, yaitu nusa tenggara, sumatra, Jawa, Sulawesi, Adapun penemuan – penemuan diluar wilayah Indonesia yaitu di Semenanjung Melayu . Beliung persegi terbuat dari batu api. Kapak lonjong Kapak lonjong Kapak lonjong terbuat dari batu kali yang warnanya kehitam – hitaman. Kapak lonjong tersebut dapat dibuat dari jenis batu nefrit yang berwarna hijau lumut yang dapat diperoleh dari gumpalan batu yang diserpih atau bisa juga diperoleh dari kerakal yang sudah sesuai permukaan batu tersebut diratakan, setelah itu diasah sampai sangat halus. Kapak lonjong yang kecil fungsinya sebagai simbol atau benda wasiat. Kapak lonjong yang besar fungsinya sebagai cangkul sehinga bisa menggarap ladang dan sebagai kapak biasa. Kapak-kapak lonjong untuk keperluan upacara tertentu saja. Mata panah Mata panah Merupakan salah satu dari bagian dari perlengkapan berburu maupun menangkap ikan. Yang mana alat ini berfungsi untuk berburu dan mencari ikan sehingga dibentuk menyerupai mata gergaji namun bahan pembuatannya dari tulang. Hasil peninggalan dari zaman kehidupan bercocok tanam ini telah berhasil ditemui letaknya berada didalam gua dan goa tersebut berada tepat di pinggiran sungai. Kemungkinan juga terdapat mata panah yang dibuat dari sebuah kayu sampai saat ini masih digunakan oleh penduduk asli Papua , kalimantan. Untuk daerah yang banyak ditemukan mata panah tersebut adalah Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Gerabah Masa Bercocok Tanam Pada saat berlangsungnya kehidupan manusia purba dizaman bercocok tanam. Dimana saat itu masih jarang pembuatan gerabah namun bergulirnya waktu bahkan hingga sampai saat kini mengalami kemajuan yang pesat sehinga ragamnya pun dapat bertambah banyak. Gerabah ini terbuat dari tanah liat yang di panasi oleh api. Gerabah tersebut fungsinya dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, misalnya saja sebagai wadah tempat air, alat untuk masak , untuk menyimpan perhiasan dan aksesoris lain – lainnya hal tersebut untuk upacara keamanan dan ritual, misalny tempayan dan sebagai bekal dalam kubur. Perhiasan Masa Bercocok Tanam Pada masa itu kehidupan bercocok tanam sudah dikenal berbagai macam perhiasan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat perhiasan seperti tanah liat, batu kalsedon, batu agat, batu yaspur ; cokelat; merah; serta kulit kerang. Nah itulah yang sampaikan mengenai masa bercocok tanam, semoga ulasan ini dapat bermanfaat untuk sahabat sekalian.

bagaimana kesenian yang berkembang pada masa bercocok tanam